Lukah
langsung berjalan menghapiri febri salah satu santri penghapal Qur'an
yg berusia 10 tahun di pesantren ternama di daerah tangerang,
Lukah :" Ada pa feb? Cie mau ngasih ustadz lukah jajan ya, enak nih yg abahnya dateng!"
Febri :" engga kok tadz, emang bawa jajan seh but bukan buat ustadz, tapi buat febri dan kawan2... Weeek..."
Lukah:" hahaha, gak papa, yg penting febri yg ustadz lukah sayang kaya
adek sendiri ni bisa belajar sedekah... Terus kalo gak ngasih kenapa
febri manggil ustadz lukah?"
Febri :" Ustadz Lukah yg febri
saayaaaaang... Ada sesuatu yg sangat penting, tapi febri gak tau apah!
Yang tau abah noh... Ustadz di panggil abah gitu, manggilnya serius
banget, gak biasanya abah manggil ustadz kan, hayo ada apa hayo? Hehehe"
Lukah:" febri aja gak tau apalagi ustadz lukah!" Lukah melihat ayah
febri yg sedang duduk bersama beberapa ustadz lain di depan mushola
gedung Yaasin di pesantren tersebut, dalam hatinya bertanya-tanya ada
apa dan kenapa, perasaan gak pernah ada wali santri yg mengenalnya
apalagi dia baru enam bulan di pesantren tersebut "Feb! Kamu gak lapor
macem-macem kan ke abahmu, wah abahmu sampe manggil ustadz lukah, tuh
lihat beliau memandang ustadz lukah dengan wajah serius gitu, ada apa
hayo?"
Febri: "afwan ustadz febri gak tau! Udah kesana aja tadz, ayoo"
Dengan wajah polosnya febri menarik ustadznya tersebut menuju ke
ayahnya, sambil mengikuti tarikan tangan mungil febri lukah merapikan
sapu dan alat bersih-bersih lainnya yang barusan dia pakai tuk
bersih-bersih taman di sepanjang gang yg menuju pesantren
tersebut............
Di
depan mushola yg nyaman terdengar suara anak2 yg melantunkan Kalamulloh
dengan indahnya, lantunan ayat-ayat Al Qur'an yg membuat jiwa bergetar,
membuat hati menangis karena betapa diri ini adalah mahkluk yg penuh
dosa dan penuh hina....
"Assalamu'alaikum"
sambil salim ke abahnya febri mengucapkan salam ke semua yg ada di
depan mushola yg terlihat seperti ruang kelas tersebut. Memang yg
sekarang menjadi mushola dulunya adalah kelas dan juga kamar bagi santri
pesantren ini, tapi karena mushola lama sudah tidak mencukupi untuk
berjamaah maka 2 kelas yg dulu di pakai KBM disulap oleh yayasan menjadi
mushola dengan ukuran 10 meter x 20 meter, dengan 4 AC untuk menambah
kenyamanan para santri yg menghapal Qur'an di dalam mushola tersebut.
"Wa'alaikum
salam, hayo gantengnya abah gak boleh lupa salim sama ustadz!" Sambil
tersenyum menarik febri agar salim dengan 2 ustadz yg sembari tadi
menemani ayah febri berbincang-bincang, ayah febri termasuk wali murid
yg sangat terpandang di pesantren tersebut, karena beliau adalah
pengusaha exportir hasil UKM yg menjadi donatur tetap dan juga termasuk
salah satu pendiri dari pesantren tahfidz ini, sehingga seluruh ustadz
banyak yg dekat dengan beliau.
"Ini
dia pak, yg namanya ustadz Lukah" sembari tersenyum ustadz Hafidz yg
juga salah satu pendiri pesantren tahfidz ini memperkalkan ustadz lukah
yg sedang berjabat tangan dengan Pak Harsono ayah febri "jadi bukan yg
disamping saya ini, kalo yang disamping saya ustadz Lutfi, sama-sama L
nya.." Pak harsono pun tertawa kecil menyambut candaan ustadz Hafidz yg
sebenarnya garing karena beliau tak pandai bercanda
"Maaf pak sebelumnya, ada sesuatu yg bisa saya bantu" saut lukah dengan wajah penuh tanya.
"Ada
nak, duduk dulu, jangan disitu jauh banget" pak Harsono menegur lukah
yg duduk di tempat sandal pelataran bawah bukan di lorong teras depan
mushola "sini duduk depan bapak aja"
"Emmm
iya pak terimakasih" sembari membersihkan diri lukah duduk di depan pak
Harsono yg dibatasi dengan teh poci hangat dan gorengan makanan has
indonesia.
"Ustadz Hafidz, Ustadz Lutfi, maaf bolehkah saya minta waktu untuk ngobrol dengan ustadz lukah" minta pak harsono
"Siap
pak, silahkan... Monggo" dengan logat sundanya yg medok ustadz Hafidz
mempersilahkan pak harsono dengan bahasa jawa, dan mereka berdua
meninggalkan ustadz Lukah yg ditemani febri yg sembari tadi duduk
dipangkuannya untuk berbicara dengan pak harsono...
---------
Pak Harsono : "Dek febri tidak kasian sama kakaknya dari tadi minta pangku"
Febri: "kan Ustadz lukah sambil latihan bah, sering febri sama temen2 duduk dipangkuang ustadz saat setoran hapalan"
Lukahpun terkejut mendengar cetlukan pak harsono yg menyebutnya kakak bukan ustadz seperti waktu ada ustadz Hafidz dan Lutfi.
Pak
Harsono: " saya banyak dengar tentang Ustadz dari Febri makanya saya
memanggil Ustadz lukah dengan sebutan kakak bukan ustadz" penjelasan
dari pak harsono membuat lukah manggut2 tawadhuk
Lukah:
"Iya pak, terimakasih, maaf saya membuat febri suka manja dengan saya,
tapi insyaAlloh perlakuan saya ini imbang ke semua jadi bukan cuma ke
febri saja"
Pak
Harsono: "Itu dia yang saya suka dan dibenci febri, Febri juga sering
bercerita kalau semua santri disini lebih menganggap ustadz sebagai
kakaknya jadi mereka semua nyaman sama ustadz dan tidak ada rasa takut
tapi rasa sayang. Sehingga mereka mau menghafal dengan nyaman belajar
dengan nyaman dan mengikuti nasehat-nasehat ustadz karena mereka
tawadhuk kepada ustadz bukan karena yg lain" terang pak harsono yg
membuat lukah semakin tertunduk "Feb panggil umi kesini, bilang abah
udah yakin!"
Febri: "siap bah" febripun berlari menuju parkiran mobil dan menghampiri ibunya.
Lukahpun
semakin bingun dengan semua yg telah dikatakan ayah febri apa maksud
pak Harsono kenapa beliau bilang sudah yakin, dan ditambah tadi menyebut
lukah kakak tidak mungkin alasannya cuma itu.
"Gini
ustadz... Saya sudah 2 bulan yg lalu sering main ke pesantren ini,
bukan untuk menjenguk febri atau ada urusan pesantren tapi saya kesini
karena saya ingin melihat salah seorang ustadz yg ustadz hafidz
rekomendasikan kepada saya, beliau adalah ustadz lutfi yg tadi ada
disini juga, saya kepingin tau bagaimana ustadz lutfi dan saya kepingin
lebih kenal dekat dengan ustadz lutfi!" Tegas pak harsono yg membuat
angan2 lukah terpecah, bayangan akan sesuatu hal yg ternyata hanyalah
angan baginya, bayangan beliau memanggilnya karena lukah fikir beliau
akan menjodohkan lukah dengan salah satu ustadzah yg ada disana.
Ternyata beliau malah menanyakan ustadz lutfi yg sudah dua bulan beliau
lihat dan beliau berusaha tuk kenal
"Maaf
pak, saya disini baru enam bulan jadi saya belum begitu mengenal ustadz
lutfi, tapi yg saya tau beliau sudah hafidz 30 Juz sedangkan saya baru
hafal Qur'an 1,5 juz padahal sudah 6 bulan disini hehehe" senyum dan
tawa kecil lukah menemani curhat dan kecewa atas pikirannya.
"Hahaha,
ngafal Qur'an itu kata ustadz Yusuf Mansur yg penting keseriusan dan
rajin, dikit-dikit isnyaAlloh ustadz bakal nyampe 30 Juz juga. Gunakan
metode 60x bacanya ustadz yg seperti dipakai anak2 timur tengah untuk
ngafal aja tadz, saya ngafal surat Adduha sehari langsung hafal dan
lancar" sahut Pak Harsono dengan tawa juga
"Hehehe iya pak, insyaAlloh sudah... Alhamdulillah sekarang 1 hari sudah nambah 1 sampai dengan 2 lembar" tegas Lukah
"Nah
itu dia, alhamdulillah kalo gitu... Ustadz kembali ke masalah bapak yg
pertama" sambil minum teh pak harsono melanjutkan pembicaraannya "walau
ustadz belum khatam, kalau ada wali santri yg saat ini menawarkan ustadz
untuk menikah bagaimana?"
JEDUK! Tubuh lukah bagaikan menimpa benturan hebat akan pertanyaan beliau "emmm bukannya Ustadz Lutfi yg bapak tanyakan"
"Hahaha...
Awalnya iya... Tapi setelah Febri bercerita tentang ustadz saya yakin
kalau anak perempuan ini insyaAlloh akan lebih berkah kalau bersama
ustadz"
Keluar
air mata yg tak disangka dari lukah, ditambah kebingungan akan
pertanyaan membuat air matanya semakin tak tertahankan, pertanyaan akan
siapakah perempuan yg di tawarkan pak harsono, apakah ustadzah dari
pesantren putri, ato siapa, dan kenapa lukah merasa yakin untuk bilang
iya... Apakah ini jawaban dari doanya yg meminta Alloh untuk memberi
pendamping dan penguat agar dia kuat menghafal tanpa melakukan maksiat
dengan memandang sejuknya bidadari yg memang halal baginya...
"Assalamu'alaikum"
"Wa'alaikum salam" jawab pak harsono dan lukah bersamaan terhadap salah ibu harsono yg membuat lamunan lukah terpecah.
"Gimana bah, ini ya ustadz yg jadi kakak bagi seluruh santri disini"
"Iya mik, ini lukah. Yang abah mau nikahkan sama zizi" jawab pak harsono
Lukahpun
bertambah bingun dengan pertanyaan yg semakin menumpuk di kepalanya,
siapa zizi? Bagaimana dia? Apakah dia akan menerima lukah? Apakah dia
mau bersama tuk menyempurnakan dan menjaga hapalan lukah!
"Hehehe
enggak buk, biasa saja, memang kewajiban kami para ustadz untuk nyaman
dengan santri, apalagi santrinya kecil2" rendah lukah kepada bu harsono
"Bagaimana nak? Kalau iya sekarang juga kau saya ijab Qobulkan" tegas pak harsono
"Alloh....
Ternyata zizi anak pak harsono.... Beliau yg mengijab qobulkan
sekarang, tak mukin kalau tak ada hubungan darah kecuali beliau adalah
walinya" dalam hati lukah menjawab semua pertanyaannya
"InsyaAlloh
bah diamnya dia setuju tu bah" saut istri pak harsono yg tersenyum
melihat senyum lukah yg dihiasi air mata haru "InsyaAlloh dia mau kau
ajak murojaah dan meneruskan hapalanmu, karena zizi juga lagi hapalan
dan sudah dapat 19 juz, alhamdulillah"
"InsyaAlloh
pak, ini jawabah dari doa saya dalam tiap pertiga malam saya... Jadi
saya terima" dengan lembut dan tegas lukah menjawab membuat pak harsono
dan istri tersenyum dan bersukur bersamaan memuji Zat Yang Maha Menjaga
dan Memberi.
"Alhamdulillah,
yadah nak sekarang keluarkan semua uang yg kau bawa" pinta pak harsono
"ingat yang kau bawa aja" tegas pak harsono
Lukah
bingung karena saat itu dia tak membawa dompet tapi dia ingat dia
sempat membawa uang sebelum bersih2 karena niat lukah mau makan di
warung depan pesantren setelah selesai bersih bersih.
" Ini pak adanya cuma tigapuluh empat ribu" dengan malu2 lukah mengeluarkan semua uang recehnya dan menaruhnya disamping kue.
Pak harsono mengeluarkan hpnya dan menelefon seseorang yg sebentar lagi akan menjadi istri lukah
"Mbak
maharnya tigapuluh empat ribu, bagaimana.......... Oh iya ya.....
Hehehehe, beneran.... Kalo ayah minta dia ngasih seribu perak......
Subhanalloh, memang anakku yg manis....... Wanita yg luar biasa
sholehahnya akan semakin sedikit meminta maharnya... Sebagai sarat cukup
500 rupiah aja ya... Jadi nanti bisa langsung kau belikan air mineral
yg dingin buat ngilangin dahagamu atas drogimu..... Iya iya... Nanti
kamu ayah panggil kesini....... Iya sayank, abah juga sayang zizi.......
Udah yaa biar segera ni abah ijab qobulnya........... Siap......
Assalamu'alaikum.........." Pak harsonopun menaruh telponnya di samping
uang lukah "sudah dengar kan nak dari pembicaraan bapak. Jadi ini yg
akan dijadikan mahar" sambil mengambil uang 500perak dari seluruh uang
lukah yg ada di lantai
"Sunhanalloh....
Iya pak... Semoga Alloh ridho...." Jawab lukah dan pak harsonopun
memanggil beberapa ustadz yg berada tidak jauh dari mushola termasuk
ustadz hafidz dan ustadz lutfi yg dari tadi menunggu selesainya
pembicaraan di bagian dalam mushola, dan ijab qobulpun dilaksanakan
dengan penuh haru dan hikmat dan sejuknya keindahan pesantren tahfidz yg
luar biasa ini.
"Kobiltunikaha watazwijaha bihaghrin madzkur halan" jawab lukah dari akat nikah tersebut
"Sah?" Tanya pak harsono kepada beberapa saksi
"Sah, sah" jawab para saksi
"Alhamdulillah...." Sahut pakharsono dan dilanjutkan do'a .
"Alhamdulillah, sekarang ziziku sudah menjadi istrimu nak lukah" sambil mengeluarkan air mata pak harsono memeluk lukah
"Iya pak har" jawab lukah
"Ehem... Ehem... Sekarang panggilnya bah bukan pak lagi" sahut ustadz hafidz sambil tersenyum melihat lukah yg masih gugub
"Mik
tolong panggil anak kita, bilang dia sudah punya suami yg menunggunya,
jangan lupa kasihkan 500 ini kepadanya, dan sebelum kesini suruh beli
air mineral dlu" pinta pak harsono kepada istrinya dan istrinyapun
langsung menuju mobil setelah mengambil uang 500 perak dan memeluk lukah
dengan harunya "nak maapin abah ya tadi abah langsung minta ijab qobul
tanpa memperkenalkan zizi kepadamu, padahal niatnya pengen abah temuin
dulu, tapi karena abah melihat keyakinanmu dan abah pengen kau tulus
mengucapkan ijab qobul karena Alloh bukan yg lain abah berubah fikiran
dan tak mempertemukan kalian, tapi insyaAlloh zizi sudah mengenalmu. Dia
sekarang ada di dalam mobil melihat kita dari dalam sana"
Lukah
melihat mobil avansa putih yg parkir di sebelah warung pesantren,
terlihat bu harsono sedang berbincang dengan sosok yg sangat indah...
"Diakah bidadariku... Istriku?" dalam hati lukah keluar pertanyaan2 yg
kembali membuatnya bekecamuk, karena sosok itu sangat indah... Dan
sangat luat biasa.... Bukan wanita masih terukur gadis berusia 20-22
tahun dengan gaya jilbab penuh menutup tubuh dengan warna cerah dan mode
baju kalemnya... Kulit putih sawo matang bersih... Dan terlihat senyum
yg luar biasa dari wajahnya... Lukah terasa tak percaya inikah
istrinya... Diluar dukaan lukah... Dia sangat sempurnya... Teramat
sangat sempurna... Melebihi bayangan yg dia bayangkan selama ini...
Jantungnya tak mau berhenti bedetak melihat sosok itu berlari kecil
menuju kantin yg sebelumnya melihat lukah yg masih menggunakan kaos
olahraganya dan sarung bututnya duduk disebelah ayahnya dengan senyum
manisnya mengisyaratkan kebahagiaan yg luar biasa... "Dia tersenyum
padaku. Apakah dia sangat berbahagia..." Tanya lukah dalam hati
----------------------------------
Sosok
itupun semakin mendekat... Zizi semakin dekat... Dan lukah menundukkan
pandangannya begitu pula zizi... Sempat lukah memandang... "Subhanalloh,
luar biasa mahkluk ciptaanmu ini Yaa Rabb... Diakah istriku Yaa Rabb...
Kau berikan sesuatu yg luar biasa kepadaku, kau amanahkan sesuatu yg
harus kujaga, ku ayomi dan ku pimpin agar kelak kami membentuk keluarga
yg sakinah mawadah warohmah atas rahmatMu..."
"Assalamu'alaikum"
suara lembut has wanita sholehah membuat lukah tak bisa mengangkat
wajahnya... Para ustadz dan pak ayah mertua lukah tertawa sambil
menjawab salam melihat tingkah laku lukah...
"Wa'alaiuku
salam, sini nak... Zizi manis abah... Abis salim ma abah... Sana salim
ma suamimu... Dan ga papa duduk disebelahnya..."
"Iya
bah" jawab zizi tawadhuk dan langsung salim dan duduk di sebelah
lukah... Terlihat zizi yg tenangpun bergetar duduk di sebelah lukah dan
terlihat bekas airmata haru menghiasi senyum bahagia zizi... Lukah sudah
tak bisa berfikit tuk bertanya kenapa dia bahagia... Yg dia fikirkan
sekarang adalah apa yg disampaikan gurunya untuk kewajiban pertama dia
sebagai suami terhadap istrinya... Untuk berdoa dan mengecup keningnya
di kamar saat mereka bersama untuk bersama...
"Udah
luk, bawa zizi ke kamar dan doa... Inget cuma doa... Bukan yg lain
hehehe... Yg lain2 ntaran aja yg penting sekarang kamu doa dlu yaa" saut
ustadz hafidz memecah heningnya kebahagiaan... Dan semuapun tertawa
melihat wajah lukah dan zizi memerah... Wallohu'alam... Inilah kisah yg luar biasa dari seorang ustadz... Semoga menginspirasi kita semua....